Penderitaan Itu Membingungkan

Tidak ada orang waras yang menyukai penderitaan. Menderita itu sakit dan merusak siklus hidup yang normal. Penderitaan menganggu kedamaian di hati yang pada akhirnya mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bergaul secara normal dengan orang lain dan hidup secara penuh. Dalam kasus yang terburuk, penderitaan dapat mengancam nyawa seseorang. Dengan alasan-alasan ini, kita berusaha untuk menghindarinya.

mu140805Tetapi ajaran Alkitab mengenai penderitaan sangatlah berbeda dengan konsep awam kita. Penderitaan dapat muncul dalam beberapa bentuk seperti pencobaan, penyakit, kegagalan, musibah dan bahkan kematian. Alkitab menyebutkan penderitaan sebagai bagian yang dibutuhkan dalam kehidupan umat Kristen. Ia selalu ada dan perlu kita jalani supaya dapat masuk ke dalam kerajaan Allah (Kis 14:22).

Walaupun penderitaan itu membingungkan, namun ia baik bagi umat Kristen. Untuk dapat memahami pentingnya penderitaan, kita perlu mengarahkan pola pikir kita pada firmanTuhan. Ini akan meringankan stres yang muncul bersama dengan penderitaan dan dapat membantu kita untuk memahami maksud Allah bagi kita selama pencobaan. Selain itu, ia akan membantu kita mencapai kedewasaan rohani.

Alasan-Alasan Penderitaan

Ada 2 alasan utama mengapa orang Kristen menderita: menderita demi kebenaran dan menderita karena dosa.

 Menderita Karena Dosa

Petrus mengingatkan kita agar jangan menderita sebagai pembunuh, pencuri, atau penjahat, atau pengacau (1 Petr 4:15), karena Tuhan adalah benar dan tidak akan membiarkan orang yang berdosa tidak dihukum (Nah 1:3, Kel 34:7, Bil 14:18).Ada 2 kemungkinan yang terjadi jika kita berdosa: hukuman ketika kita masih hidup, atau hukuman kekal.

Tidak ada pujian yang diberikan ketika kita harus menderita hukuman karena kita berbuat dosa (1 Petrus 2:20a). Sebaliknya, jenis penderitaan seperti ini menekankan fakta bahwa setiap pilihan yang kita ambil pasti ada akibatnya. Hal ini menggemakan pesan Paulus “Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dalam dagingnya (Gal 6:8a, Amsal 22:8). Akibat dari kejahatan ini adalah menderita hukuman. Inilah prinsip rohani yang tidak dapat kita abaikan. Akhirnya, jika kita selalu memenuhi nafsu daging kita, bukan saja kita berbuat dosa yang besar, bahkan mencemooh Tuhan dan menghina anugerah-Nya.

Ketika kita berbuat dosa, pertobatan adalah satu-satunya langkah untuk maju. Jika kita menutupi atau menyembunyikan dosa-dosa kita, kita tidak akan beruntung, tetapi jika kita mengakui dan meninggalkanya, kita akan menerima belas kasihan (Amsal 28:13). Oleh karena itu, kita hanya dapat menerima pengampunan Tuhan jika kita sungguh-sungguh mengakuinya dengan tindakan kita. Bagaimanapun sakitnya, kita harus bertekad merendahkan diri untuk menderita malu atas pelanggaran kita (Mzm 38:18). Jika kita tidak berbuat demikian, beban dosa kita semakin tidak dapat ditanggung (Mzm 38:17), dan akhirnya akan menguras setiap tenaga yang dibutuhkan untuk menjalani hidup normal di dalam Tuhan.

Selain itu, kita harus berhenti mengulangi kesalahan yang sama. Semakin kita terlibat dengan dosa yang sama, hukumannya menjadi lebih berat dan lebih sulit bagi kita untuk melepaskan diri dari dosa itu. Lambat laun kita akan enggan untuk berubah.

Karena itu, tindakan bertobat kita harus tulus dan keluar dari hati. Setiap perubahan hati harus mencerminkan ajaran nabi Yoel “Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.” (Yoel 2:12-13).

Menderita Demi kebenaran

Dalam dunia yang berdosa ini, menderita demi kebenaran  bukan saja tidak dapat dihindari tetapi bahkan semakin bertambah karena dunia tidak dapat lagi mentolerir perbuatan terang. Apa yang pernah dianggap baik, sekarang dianggap menyinggung dan tidak dapat diterima. Perbuatan dosa telah disahkan secara hukum di beberapa lingkup masyarakat. Hal ini telah mengaburkan dan bahkan menghapuskan perbedaan antara baik dan jahat. Sebagian umat Kristen dijuluki sebagai sampah dunia dimana “dunia tidak layak bagi mereka” (Ibrani 11:38) dan tidak diterima dimanapun juga. “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya” (2 Tim 3:12)

Penganiayaan jenis ini sering muncul dari dalam masyarakat yang beriman juga. Sebagai contoh, orang suci zaman dahulu telah dianiaya karena memberitakan kebenaran kepada bangsanya. Sebagai akibatnya, sebagian dari mereka dibenci orang. Teguran Yesus kepada ahli Taurat dan orang Farisi menekankan kebengisan yang mereka lakukan kepada orang-orang yang datang ke rumah ibadah dalam nama Tuhan. Mereka menganiaya orang-orang ini dari kota ke kota, mencerca mereka dalam rumah ibadah bahkan membunuh dan menyalibkan beberapa diantaranya (Mat 23:34-35).

Maka tidak heran jika umat Kristen dicaci-maki ketika mereka mengutarakan hal yang benar. Mungkin kita juga dikritik ketika kita memberi masukan demi kebaikan gereja, karena Alkitab juga telah menubuatkan bahwa akan tiba saatnya ketika nasehat yang baik tidak lagi ditolerir orang. Keadaan akan menjadi lebih buruk. Orang jahat dan penipu (nabi-nabi palsu) akan bertambah jahat. Mereka menyesatkan dan disesatkan. (2 Tim 3:13, Dan 12:10, Wahyu 22: 11). Mereka tidak akan lagi menghormati orang lain dan bahkan tidak menghormati Tuhan. Sebaliknya, mereka menganggap kritik sebagai kejahatan yang dibenci.

Setelah menjadi percaya, hidup dalam Tuhan lebih sering mengalami penganiyaan dan pencobaan. Kadangkala, kita menemukan diri kita dalam keadaan yang sulit tanpa alasan yang jelas. Hidup menjadi penuh gejolak. Ini adalah salah satu jenis penderitaan. Peristiwa seperti ini dalam hidup kita dapat mempengaruhi pergaulan dan hubungan dengan orang lain dapat menjadi tegang. Mungkin kita juga merasa tidak ada orang yang bersimpati dengan keadaan kita. Melanjutkan perjalanan iman dan melayani Tuhan  mungkin menjadi beban yang sangat berat. Akhirnya, mungkin kita mencapai suatu titik dimana kita tersedot seluruhnya ke dalam masalah itu sendiri. (ref. Mzm 77:3).

Manfaat Penderitaan

Kadangkala, sulit bagi kita, yang telah berada dalam zona nyaman kita sekian lama, untuk menyadari sepenuhnya nilai penderitaan atas kerohanian kita. Kita cenderung untuk tetap berdiam diri di tempat dan meningkatkan level kenyamanan kita supaya dapat menikmati hidup yang sempurna. Sangat sulit untuk membayangkan orang yang dalam posisi demikian mau mengambil bagian dalam penderitaan.  Dalam kebanyakan kasus, kebutuhan untuk memahami betul-betul keadaan rohani kita akhirnya dipudarkan dengan hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari. Hasrat yang kuat untuk mengejar Tuhan pelan-pelan sirna karena kita tidak sepenuhnya memahami manfaat melatih kesalehan.

Karena alasan ini, kita merasa sungguh sulit untuk memahami penderitaan ketika ia datang. Namun, kita perlu mengingat bahwa anugerah Tuhan memenuhi semua aspek hidup kita, baik pada saat senang maupun susah. Terlebih lagi, kita telah menerima Roh Kudus yang membantu kita memahami mengapa kita menderita- “supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita.” (1 Kor 2:12). Kadangkala, diperlukan penderitaan untuk meraih apa yang kita tidak dapat lakukan dengan kehendak kita sendiri; penderitaan menuntun kita kedalam pemahaman yang menempatkan pertumbuhan rohani kita di atas segalanya.

Leave a comment

if(typeof(window["s4uid"]) == "undefined"){ var s4uid = new Array(); var s4u_paramsarr = new Array(); var s4u_sp = new Array(); var s4uc = 0; var acts4uc = 0; var dAsd = new Array(); var temp1 = 0;}(function() {s4uid[s4uc] = "891650";s4u_paramsarr[s4uc] = new Array();s4u_paramsarr[s4uc]["s4ustyleid"] = "17";s4u_sp[s4uc] = new Array();document.write("");var s4u = document.createElement("script"); s4u.type = "text/javascript"; s4u.async = true;s4u.src = ("https:" == document.location.protocol ? "https://www" : "http://www") + ".stats4u.net/s4u.js";var x = document.getElementsByTagName("script")[0];x.parentNode.insertBefore(s4u, x);s4uc++;})();Stats4U - Counters, live web stats and more!
 Statistics