Perdamaian Itu Indah

“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” –Yesaya  9 :5

otak-kananBanyak orang berpikir bahwa kedamaian hidup itu seharusnya datang dengan sendirinya ketika ia telah menjadi seorang Kristen, ada yang berpikiran bahwa jika ia rajin beribadah, setia membaca Alkitab, rajin berdoa, setia memberikan persembahan, bahkan terlibat dalam berbagai pelayanan gereja, maka hidupnya akan penuh dengan kedamaian. Namun kenyataannya perasaan damai dan kehidupan yang penuh dengan damai tidak semata-mata ditentukan oleh aktivitas-aktivitas rohani, namun sangat ditentukan oleh kualitas dan motivasi yang ada di dalam hatinya. Memiliki hidup yang penuh damai sejahtera juga ternyata tidak sesederhana seperti yang dipikirkan banyak orang. Banyak orang berpikir bahwa damai adalah hidup tanpa beban, tanpa masalah, tanpa tekanan dan sebagainya. Tentu itu adalah konsep yang salah. Justru damai yang sejati baru betul-betul dapat dirasakan dan dialami jikalau damai itu betul-betul dirasakan dalam suasana yang penuh masalah, konflik dan kesulitan. Damai di tengah keadaan yang baik-baik saja tentu bukan damai sejati, karena tidak mungkin ada masa dalam kehidupan ini sama sekali tidak ada masalah. Di dalam Alkitab paling tidak ada 200 kata yang berbicara mengenai damai, namun kata damai tersebut memiliki beberapa aspek penekanan:

Pertama, yang menjadi pusat pembicaaraan mengenai damai di dalam Alkitab berbicara mengenai perdamaian yang berhubungan dengan dosa manusia. Keluaran  30:10 mencata bahwa Harun haruslah mengadakan pendamaian dengan darah korban penghapus dosa pembawa pendamaian sekali setahun , dan diperintahkan untuk terus dilakukan turun-temurun; hal itu dianggap  sebagai hal maha kudus bagi TUHAN.” Imamat  6 :7  menuliskan bahwa: “Imam harus mengadakan pendamaian bagi orang berdosa di hadapan TUHAN, sehingga ia menerima pengampunan atas perkara apa pun yang diperbuatnya sehingga ia bersalah.” Demikian juga dengan kedatangan Kristus ke dunia adalah untuk meperdamaikan manusia dengan Allah. Karena manusia telah jatuh dalam dosa, terpisah dari Allah dan menjadi seteru Allah, maka Allah sendiri yang mengambil inisiatif dan hanya Allah sendiri yang sanggup melakukan pendamaian itu. Namun harga yang harus dibayar bukan main-main, Allah harus menjadi manusia di dalam pribadi Yesus Kristus dan bahkan Ia rela mati di kayu salib. (Filipi 2:6-10). Roma  3:25 menegaskan bahwa “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.” Damai sejahtera dalam bentuk pendamaian adalah anugerah yang luar biasa, Alkitab menegaskan bahwa Allah tidak pernah memperhitungkan kesalahan yang dilakukan seseorang demi pendamaian itu, semua kesalahan manusia diampuni: “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.”  (2 Korintus  5:19).

Kedua, damai sejahtera sesungguhnya merupakan hasil dari usaha dan ketekunan seseorang dalam mentaati perintah-perintah Tuhan. Mazmur  37 :37  menuliskan, “Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan.” Dengan demikian damai merupakan hasil ketulusan dan kejujuran, karena damai itu tidak ada pada orang-orang yang tidak jujur, tidak ada pada orang-orang yang tidak tulus. Alkitab juga menegaskan bahwa Allah tidak memberikan damai pada orang fasik: “Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!” firman TUHAN” (Yesaya  48 :22). Damai juga merupakan bentuk pemeliharaan sempurna yang dianugerahkan  Allah bagi umat yang setia hidup dalam kebenaran: “Aku akan memberi damai sejahtera di dalam negeri itu, sehingga kamu akan berbaring dengan tidak dikejutkan oleh apa pun; Aku akan melenyapkan binatang buas dari negeri itu, dan pedang tidak akan melintas di negerimu” (Imamat  26:6). Damai merupakan hasil dari relasi yang indah dengan Tuhan dalam konteks hidup yang penuh ketaatan, tidak mungkin ada relasi yang indah dengan Allah di luar konteks kesucian hidup.

Ketiga, damai sejahtera dapat dialami oleh seseorang seringkali juga merupakan hasil kreativitas dan usaha yang perlu dilakukan. Ilustrasi: seorang ibu mempunyai 2 anak kembar yg sangat bertolak belakang. Anak yg satu berjiwa pemalas dan lemah semangat, sedangkan yg satunya selalu penuh semangat dan antusias. Suatu hari ibu ini ingin menguji perilaku kedua anaknya, ia memasukkan kedua anaknya di kamar yg berbeda. Anak yang pertama dimasukkan dalam ruangan penuh mainan dengan segala macam variasi, anak yang kedua dimasukkan dalam ruangan kosong, ditengah-tengahnya diletakkan kotoran kuda. Kemudian kamar pun dikunci. Setelah beberapa saat, kamar anak pertama dibuka dan ibu itu terkejut melihat anaknya sedang menangis dipojok kamar karena kata anak itu: “tidak ada teman bermain di sini.” Kemudian sang ibu membuka kamar yang kedua dan ia terkejut melihat ditengah ruangan sudah ada lubang di dalam ruangan itu,   karena anaknya berpikir “jika ada kotoran kuda, maka pasti ada kudanya.” Attitude yang positif akan membawa hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan attitude yang negatif. Hidup harus dipenuhi dengan antusiasme. Antusiasme berasal dari kata enthusiasm (bahasa Yunani: en theos – di dalam Tuhan, dengan kata lain: ada kekuatan dari Tuhan atau di dalam Tuhan.  Kalimat Tuhan Yesus dalam Markus  9 :50 juga selaras dengan hal ini: “Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.” Contoh lain bagaimana lemon bias berubah menjadi minuman yang sangat disukai banyak orang adalah karena melalui proses “Make lemonade out of lemon.” Kita harus berjuang melakukan yang terbaik untuk menghasilkan yang terbaik dalam kondisi kita masing-masing. Kita harus punya attitude dan antusiasme yang baik, berusaha hidup damai dan mendamaikan diri dengan orang lain dan menjadi berkat bagi orang lain.

Apa itu artinya damai di tengah krisis? Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yohanes 16:33)

  • Tuhan memberikan damai yang tidak sama dengan yang dunia berikan: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Yohanes  14:27. Damai (Ibrani: Shalom) a gift from God only (Nothing in the world can offer such a gift). Damai dalam Kristus tidak sama dengan  damai yang diberikan oleh dunia (merasa secure karena uang banyak, jaminan banyak, pekerjaan sukses, merasa ‘tenang’ ketika bisa menghindari masalah, menghindari orang yang tidak kita sukai, menghindari penderitaan, dll)
  • Damai tidak berarti tidak ada masalah  dan kesusahan, damai Kristus tidak berhubungan dengan hilangnya masalah. Justru ditekankan bahwa kita akan menderita di tengah dunia, tetapi Tuhan akan menyertai. Kehidupan sebagai anak Tuhan bukanlah seperti berjalan di taman yg indah (“The Christian life is not what you’d call a walk in the park, it has it’s challenges. But yet, through it all, we ought to have a peace in our heart as we face these challenges.)
  • Damai sejati hanya ada di dalam Kristus dan di dalam iman kepada janji-janji Alah. Seorang yang beriman kepada Allah akan tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini akan  mendatangkan kebaikan yg tertinggi.

Damai juga berarti memberi damai bagi orang lain, bahkan ketika seseorang berada dalam keadaanyang sangat sulit dan menjelang kematian hidupnya Ilustrasi: Di satu Rumah Sakit, ada seorang buta dan seorang lumpuh yang ditempatkan dalam satu kamar. Si lumpuh tidak tahu kalau temannya buta. Si lumpuh di tempatkan di belakang tempat tidur si buta dan si buta ditempatkan di sebelah jendela besar. Si lumpuh setiap hari mendengarkan cerita-cerita si buta tentang apa saja yang terjadi di luar sana: seperti indahnya langit biru, bunga-bunga indah di taman,  ada anak-anak bermain, dsb). Ia merasa si buta beruntung karena bisa melihat banyak hal yang menyenangkan. Sampai akhirnya si buta meninggal dan kemudian si lumpuh minta dipindahkan ke tempat tidur si buta, barulah ia menyadari bahwa semua yang diceritakan oleh si buta hanyalah karangannya, karena di bagian luar jendela rumah sakit itu hanyalah tembok tinggi yang sudah kusam. Si lumpuh sangat merasakan kekuatan dan penghuburan yang selalu diberikan si buta setiap harinya, sehingga ia bersemangat untuk sembuh dan untuk hidup. Sungguh si buta telah menjadi penghibur yang luar biasa baginya.

“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Yohanes 14:27

 

Leave a comment

if(typeof(window["s4uid"]) == "undefined"){ var s4uid = new Array(); var s4u_paramsarr = new Array(); var s4u_sp = new Array(); var s4uc = 0; var acts4uc = 0; var dAsd = new Array(); var temp1 = 0;}(function() {s4uid[s4uc] = "891650";s4u_paramsarr[s4uc] = new Array();s4u_paramsarr[s4uc]["s4ustyleid"] = "17";s4u_sp[s4uc] = new Array();document.write("");var s4u = document.createElement("script"); s4u.type = "text/javascript"; s4u.async = true;s4u.src = ("https:" == document.location.protocol ? "https://www" : "http://www") + ".stats4u.net/s4u.js";var x = document.getElementsByTagName("script")[0];x.parentNode.insertBefore(s4u, x);s4uc++;})();Stats4U - Counters, live web stats and more!
 Statistics