“Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-muridNya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Dan setelah orang banyak itu disuruhNya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ. Perahu murid-muridNya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang ambingkan gelombang, karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: “Itu hantu”, lalu berteriak-teriak karena takut. Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”. Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: “Tuhan apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air”. Kata Yesus:”Datanglah !”. Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan, tolonglah aku!”. Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata:”Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”. Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah.” Matius 14: 22-32
Sebelumnya, Alkitab mencatat dalam Matius 14:13-21, bahwa Yesus telah melakukan sebuah pelayanan mujizat, yaitu memberi makan 5000 orang, dengan 5 roti dan 2 ikan. Sesudah itu, lalu Yesus menyuruh murid-muridNya naik ke perahu untuk mendahuiNya ke seberang, sementara orang banyak itu disuruh pulang (ayat 22). Murid-murid itupun berlayar dengan menggunakan perahu, sesuai dengan yang telah diperintahkan oleh Yesus. Dalam beberapa saat di atas perahu, murid-murid merasa nyaman, mereka berada dalam zona kenyamanan dan tidak ada masalah.
Dalam melakukan aktifitas kita sehari-hari, semua nampaknya nyaman, karena hidup kita ditunjang oleh materi/fasilitas yang cukup, keluarga/sahabat yang baik, dan semuanya terasa nyaman. Keadaan kita baik-baik saja, kita juga sehat dan semua berjalan lancar-lancar saja. Tidak ada masalah, baik dalam kehidupan pribadi, pekerjaan, pelayanan dan lain sebagainya. Dalam keadaan ini kita sedang berada dalam sebuah kondisi, yaitu zona kenyamanan. Namun, apakah kita selalu akan berada dalam zona kenyamanan itu?
Dalam ayat 24 dikatakan bahwa sesudah beberapa mil jauhnya dari pantai, perahu yang dipakai oleh murid-murid Yesus itu diombang-ambingkan oleh gelombang, karena ada angin sakal, yaitu suatu badai yang besar. Zona kenyamanan mereka sedang digoncangkan oleh badai. Tidak ada yang bisa diandalkan, fasilitas yang ada yaitu perahu, tidak dapat lagi menjamin kenyamanan mereka, sahabat juga tidak dapat menolong, untuk selamat dari badai itu. Iman mereka sedang diuji oleh badai itu.
*courtesy of PelitaHidup.com
Ada tiga peristiwa/kejadian yang sangat menggoncangkan mereka, yaitu :
- Badai datang menghantam perahu tanpa mereka duga
- Angin Sakal datang saat gelap gulita di malam hari, Alkitab mencatat kira-kira jam 3 malam.
- Masalah makin bertambah karena melihat ada sosok pribadi berjalan diatas air mendatangi mereka, mereka mengira yang datang itu adalah hantu, bukan Tuhan Yesus.
Ketika murid-murid melihat Dia berjalan diatas air, mereka terkejut dan berseru: “itu hantu!”, lalu berteriak-teriak karena takut” (ayat 26). Mereka amat diliputi oleh perasaan takut, dan gentar. Mereka berteriak-teriak karena ketakutan itu. Tetapi, Dia adalah Allah yang tidak pernah akan meninggalkan umatNya. Bukankah Yesus yang telah memerintahkan mereka untuk pergi lebih dahulu. Ketika setiap orang yang menerima Firman-Nya dan mau melakukannya, tidak pernah akan ditinggalkanNya. Itu janji-Nya pada kita.
“Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, kemanapun engkau pergi” Yos 1:9b
“Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” Ibr 13:5b
Ya, janji-Nya itu pasti. Benar, Yesus hadir pada saat mereka memerlukan pertolonganNya. “Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka:”Tenanglah”! Aku ini, jangan takut!” (ayat 27). Kata ”jangan takut”, memiliki arti beranilah, melangkahlah. Kata-kata Yesus ini sungguh meneduhkan jiwa murid-murid, membangkitkan keberanian, memberi pengharapan kepada mereka untuk diselamatkan dari badai itu.
Salah satu murid Yesus, yaitu Petrus mengenali suara-Nya. “Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: ”Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air” (ayat 28). Petrus percaya, bahwa kata-kata yang diucapkan oleh Yesus sungguh berkuasa. Apa yang akan diucapkan oleh Yesus, Petrus percaya, itu pasti akan terjadi. Yesuspun berkata pada Petrus: “Datanglah!”. Ucapan Yesus itu, membuat Petrus yakin sekali, dan dengan mantap, iapun berani untuk melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan ucapan Yesus itu. Pada saat Yesus katakan, “datanglah!”, angin masih berhembus, tiupan angin masih berhembus, tetapi Petrus berani melangkah keluar dari perahu itu. Petrus tidak terpengaruh oleh keadaan, yaitu pada tiupan angin yang sedang berhembus itu, matanya hanya tertuju pada Yesus dan ucapan Yesus. Dalam pikiran Petrus, hanya tertanam iman yang sangat kuat bahwa Yesus itu adalah penolong dan penyelamat. Sebab Petrus sangat mengetahui bahwa berada dekat Yesus itu aman.
*courtesy of PelitaHidup.com
“Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku” Maz 62:2
Tuhan Yesus Kristus Meberkati Kita Semua…..Amin
1 Comment (+add yours?)